Proses Pembelajaran Di Pondok Pesantren Salafiyah

Pada dasarnya proses pembelajaran pesantren salafiyah meliputi beberapa aktivitas yang serupa dengan kegiatan pembelajaran sekolah formal. Aktivitas tersebut diantaranya terdiri dari:
  1. Perencanaan dan Persiapan Mengajar;
  2. Pengelolaan Kelas;
  3. Sarana dan Media Pembelajaran;
  4. Sistem Pembelajaran.
Sebagai mana yang sudah dikemukakan diatas kurikulum ada empat dimensi, salah satunya adalah bahwa kurikulum sebagai kegiatan (proses), yaitu serangkaian pengalaman nyata yang dialami peserta belajar dengan bimbingan sekolah, ini meliputi;

1. Perencanaan dan Persiapan Mengajar

Guru-guru pada pesantren salafiyah pada umumnya belum memiliki perencanaan atau persiapan mengajar secara tertulis. Terkait dengan strategi apa yang akan digunakan dalam kegiatan belajar mengajar, bagaimana teknis evaluasinya, dan apa saja media pembelajarannya, ada didalam benak masing-masing guru, dan banyak dipengaruhi oleh pengalaman guru mereka ketika mereka masih menjadi santri.

Sedangkan kitab pegangan dan mata pelajaran yang akan diajarkan, serta kelompok mana yang akan diajar, waktu dan tempat pembelajaran, para guru sudah bisa mengetahui dari bagian pengajaran pondok pesantren. Terkait dengan perencanaan persiapan mengajar, dalam hal ini yang dilakukan guru biasanya berupa;
  1. Menyiapkan kitab pegangan sesuai degan mata pelajaran yang akan diajarkan.
  2. Menentukan batas awal dan batas akhir materi pelajaran yang terdapat dalam kitab pegangan untuk suatu pertemuan atau tatap muka.
Secara umum persiapan yang dilakukan oleh guru sebelum mengajar adalah sebagai berikut:
  1. Menelaah materi suatu kitab tertentu yang akan diajarkannya kepada santri dalam pertemuan/tatap muka baik di kelas, musholla maupun di ruang belajar lainnya;
  2. Menelaah atau mempelajari kitab-kitab lain yang memiliki keterkaitan dengan persoalan serupa pada materi yang akan diajarkan. Dalam hal ini, guru juga membuka kembali kitab-kitab tertentu (minimal satu tingkat di atasnya) dan kitab-kitab lain yang menjadi rujukan ustadz;
  3. Membuat catatan-catatan khusus tentang masalah-masalah yang dianggap penting dari hasil penelaahan terhadap kitab-kitab yang akan diajarkan;
  4. Merancang dan mempersiapkan alat bantu yang dibutuhkan untuk mengajarkan materi pelajaran.
Dengan demikian, pada dasarnya ustadz atau ustadzah yang menjadi guru pada pondok pesantren salafiyah sudah melakukan persiapan mengajar. Hanya saja persiapan tersebut belum dituangkan dalam bentuk tertulis. Hal ini menjadi bagian yang sulit untuk dipelajari dan dievaluasi.
Oleh karena itu, sebagai saran untuk mewujudkan sistem pembelajaran dan pengajaran yang ideal, sebaiknya perencanaan atau persiapan mengajar dibuat oleh guru secara tertulis walaupun dalam bentuk sederhana. Hal ini dimaksudkan agar dalam proses pembelajaran santri dapat diarahkan dan kontrol terhadap sang guru juga dapat dilakukan dengan lebih baik.
Guru sebagai pengajar di pondok pesantren salafiyah sebaiknya memiliki perencanaan dan persiapan mengajar yang matang sebagai bentuk kewajiban dari “I’dâd al Tadrîs”. Sebab apapun bentuk perencanaannya, baik dalam lingkup materi ajar maupun langkah-langkah konkrit yang akan ditempuh selama mengajar, merupakan bagian penting dalam sebuah program.

2. Pengelolaan Kelas

Pengelolaan kelas merupakan salah satu bagian penting dalam proses pembelajaran, tidak terkecuali di lembaga pendidikan pesantren salafiyah. Sebab kemampuan memberikan pelajaran saja tanpa dibarengi dengan kemampuan mengorganisir kelas, tidak akan memberi prestasi belajar seperti yang diharapkan.

Pengelolaan kelas pada pondok pesantren salafiyah menerapkan pola naik kitab dan menjadikan kelasnya hanya sebagai tempat belajar. Pola ini bersifat sederhana di mana kelas berada di bawah tanggung jawab seorang ketua atau koordinator yang hanya memiliki tugas memegang absen hadir, dan mengurus hal-hal teknis lainnya terutama berhubungan dengan kelompok belajarnya.


Kelas sebagai tempat belajar tidak memiliki struktur formal seperti wali kelas maupun struktur kelas. Guru yang mengajar di kelas atau kelompok belajar tersebut tentu terikat dengan waktu dan bahan ajar.

Selain mengajar, ustadz ataupun ustadzah selaku guru juga berperan sebagai pembimbing yang tidak terikat dengan waktu dan bahan ajar. Sesekali ia mengontrol kelompok belajar yang dibimbingnya saat kelompok belajar tersebut diminta untuk mengulang pelajaran di luar jam yang ditentukan.
Peran guru tidak hanya mengajar, namun juga membimbing santri yang sedang belajar dengan melakukan banyak hal seperti meluruskan bacaan santri terhadap suatu kitab, membetulkan hapalan santri, atau menjawab pertanyaan santri yang belum paham terhadap pelajaran yang sedang dibaca.
Hal ini akan berbeda jika di bandingkan dengan sistem klasikal, selain santri naik kelas pada periode tertentu, pengelolaan kelas lebih komplek karena berada di bawah tanggung jawab wali kelas dan organisasi kelas. Implikasi dari pengelolaan kelas seperti ini adalah terciptanya kerja sama antara guru (terutama wali kelas) dengan santri. Kondisi ini sekaligus merupakan bentuk pengajaran terhadap santri untuk berorganisasi pada level kelas dan menanamkan sense of responsibility terhadap kelas yang ditempatinya.

3. Sarana dan Media Pembelajaran

Kehadiran media dan sarana dalam proses belajar mengajar mempunyai arti yang sangat penting. Hal ini terkait dengan fungsi media pembelajaran yang sangat vital, diantaranya:
  1. Sebagai media perantara untuk membantu menyampaikan ketidakjelasan bahan pembelajaran;
  2. Menyederhanakan kerumitan bahan yang disampaikan kepada santri, dan lain-lain.
Namun sayangnya, pada pondok pesantren salafiyah masih terdapat banyak kendala terkait sarana dan media pembelajarannya.

Pada pesantren salafiyah sarana pembelajaran yang digunakan dapat berupa mushalla, ruang kelas, rumah ustazd, dan rumah kiyai. Sedangkan media yang digunakan berupa papan tulis dan kapur atau spidol. Hal ini sangat berbeda dengan pesantren khalafiyah yang lebih memanfaatkan teknologi, seperti laboratorium bahasa, dan untuk medianya menggunakan audio visual.

Pesantren salafiyah sebenarnya juga bisa mengupayakan ketertersediaan sumber belajar dan media pendidikan yang berbasis teknologi. Contoh konkrit media yang dapat digunakan saat ini adalah banyak hadist yang telah di-CD-kan. Demikian juga tafsir dan kitab-kitab lainnya yang termuat dalam program maktabah syamilah. Selain memudahkan bagi ustadz, media pembelajaran dengan memanfaatkan teknologi juga memperkaya sumber belajar bagi santri.

Meski demikian, pondok pesantren juga harus memandang bahwa kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi sebagai sesuatu yang harus diantisipasi dengan memahaminya. Kemudian mengambil langkah memperbaharui sistem dengan tetap melestarikan budaya santri yang berkarakter baik dan telah terbentuk sejak lama.

Pada dasarnya agama menganjurkan untuk melakukan pembelajaran sesuai dengan zamannya (sholihun li kuli makan wa zaman). Oleh karena itu, perlu pemanfaatan kemajuan teknologi untuk menciptakan alat-alat pembelajaran.

Maka sudah saatnya pesantren mengadopsi hal-hal yang baru (khalafiyah) namun tetap mempertahankan nilai-nilai otentik pesantren (salafiyah).Tidak dapat dipungkiri bahwa suatu saat terjadi proses konvergensi antara paradigma pendidikan umum Indonesia dengan sistem tradisional yang merupakan kultur asli pendidikan pondok pesantren. Hingga akhirnya dunia pesantren tidak akan tertinggal dengan lembaga pendidikan lainnya, namun semua tetap ter-cover dalam nilai-nilai keislaman.

4. Sistem Pembelajaran

Sistem pembelajaran pada pondok pesantren salafiyah menggunakan sistem non klasikal atau sistem naik kitab.
Keberhasilan atau ketuntasan belajar santri pondok pesantren salafiyah diukur melalui ujian naik untuk mengetahui tingkat penguasaan terhadap kitab yang telah diajarkan dan dipelajari.
Oleh karena itu, dalam hal tempat pembelajaran sistem ini sebenarnya lebih luwes dan fleksibel dibandingkan dengan sistem klasikal.

Keberadaan santri dalam suatu kelompok belajar tergantung pada berapa lama ia mampu menguasai suatu kitab yang diajarkan ustadz ataupun ustadzahnya. Pada sistem ini, ketuntasan belajar untuk menguasai suatu kitab dapat direalisasikan meski dengan waktu yang relatif dan berdasarkan karakteristik individu santri. Namun demikian, batas waktu berapa lama seorang santri dapat menyelesaikan suatu kitab tertentu tidak ada kejelasan dan kepastian sehingga masih kurang efisien.

Sumber:
https://www.scribd.com/doc/258854989/kurikulum-pondok-pesantren-salapi-pdf
http://wahyudin-noor.blogspot.com/2016/12/kurikulum-pesantren-salafiyah.html
Sri Kuncoro SP Allah Is My Power
Fb | Ig | WA | Youtube

0 Response to "Proses Pembelajaran Di Pondok Pesantren Salafiyah"

Post a Comment

Jika bermanfaat, silahkan berbagi dan berkomentar dengan baik...

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel